Di Kabupaten Purwakarta, ternyata banyak terdapat seniman atau perajin andal yang masih konsisten menggaungkan kemasyuran produk kebudayaan asli dari Jawa Barat. Sebut saja di antaranya, kerajinan wayang golek.
Mungkin tak banyak yang tahu, jika salah satu seni tradisi Tatar Sunda ini pernah mengharumkan nama beberapa desa di Kabupaten Purwakarta.
Misalnya, Desa Sukamaju, Kecamatan Sukatani. Terkenalnya desa ini akan seni tradisi tersebut, bukan karena banyaknya dalang di wilayah itu. Melainkan, banyaknya para perajin seni ukir wayang golek.
Konon kabarnya, desa tersebut dulunya merupakan sentra kerajinan seni ukir wayang golek dan kerajinan ukir lainnya. Makanya, saat itu hampir semua penduduk di kampung tersebut membuat wayang dan kerajinan ukir lainnya.
Era 70 sampai 80-an, mungkin menjadi masa keemasan untuk desa ini. Mengingat, kala itu pesanan wayang golek seni ukir (untuk pagelaran dalang) meningkat signifikan.
Seiring berjalannya waktu, para perajin seni ukir wayang golek di desa itu banyak yang gulung tikar karena terimbas krisis ekonomi saat itu. Bahkan banyak di antara para perajin lebih memilih meninggalkan desa untuk mengembangkan bakatnya di daerah lain.
Namun, ada juga perajin yang masih konsisten dengan karyanya itu. Abah Jani (60), adalah salah satu dari puluhan perajin seni ukir wayang golek di desa itu yang masih konsisten dengan karyanya.
Saat ini, dirinya diberdayakan oleh Pemkab Purwakarta untuk membuat seni ukir wayang golek di Galeri Wayang sekitar perkantoran Setda Purwakarta.
Kisahnya ini berawal, sejak 1980 silam. Saat itu, dirinya berkeinginan dibuatkan wayang golek dengan tokoh Astrajingga (si Cepot) oleh kakeknya yang juga merupakan ahli pembuat wayang golek.
Namun, keinginannya itu ditolak oleh kakeknya. Saat itu, kakeknya justur malah meminta Abah Jani untuk membuat wayang golek sendiri.
Saat itu, Jani kecil pun membuat sendiri tokoh wayang golek yang diidolakannya itu. Dengan berbekal sedikit pengetahuan dari sang kakek, Abah Jani kala itu dengan telaten menyerut bongkahan kayu menjadi sebuah wajah tokoh pewayangan tersebut.
Memang, Abah Jani tak lantas begitu saja mahir dalam membuat wayang golek dan dia pun merasa pengetahuannya tentang pembuatan wayang ini masih kurang.
Dengan maksud menambah ilmu seni ukir wayang golek, kakek renta ini kemudian memilih pergi ke Bogor untuk belajar tentang wayang kepada para dalang yang ada di wilayah itu.
“Di Bogor, abah lumayan cukup lama. Hingga tahun 1980, Abah bertemu dengan Dalang Ahim, seorang dalang sepuh di daerah itu. Kepadanya beliau, abah belajar banyak tentang pewayangan,” ujar Abah Jani.
Setelah pengetahuannya dirasa cukup, akhirnya Abah Jani dipercaya membuat tokoh-tokoh wayang golek untuk digunakan dalam pertunjukan Dalang Ahim. Bahkan, dirinya pun membuatkan wayang golek untuk pertunjukan dalang kahot Asep Sunandar Sunarya.
Kepiawaiannya membuat seni ukir wayang golek ini, ternyata terdengar hingga peloksok daerah. Dedikasi Abah Jani, akhirnya mengantarkan dia ke Taman Nusa Gianyar Bali.
Di pulau Dewata itu, tepatnya pada 2014 lalu dia diminta untuk membuat wayang golek untuk dipamerkan. Hasil karyanya itu, tak hanya untuk dipamerkan di etalase-etalase Taman, tapi juga untuk keperluan saat ada event atau festival di Taman tersebut.
“Di 2016, saya diminta pulang untuk menempati galeri Wayang di Pemda Purwakarta,” kata dia.
Di usianya yang senja ini, Abah Jani hanya berharap seni ukir wayang golek ini bisa diminati masyarakat. Sehingga, keberadaannya tak hilang tergerus zaman.
“Harus ada regenerasi supaya seni ukir wayang ini tak ditinggalkan,” pungkasnya.